Beauty, Review

Review The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Cream Acerola and Blueberry

Pertengahan Agustus kemarin aku dimintain tolong beli sabun muka buat Mas Andra, soalnya sabun muka dia udah abisbisbis ampe tube-nya dipenyok-penyokin buat ngeluarin isinya. Sebenernya ini kurang afdol soalnya tubenya gasampe digunting dan dikorekin isinya pake jari.

Sabun muka yang biasa dipake Mas Andra tuh The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Foam Acerola. Selama pemakaian 2 taun ini dia udah ngabisin 3 tube dan gamau ganti sabun lain, gatau deh siapa yang awalnya rekomendasiin produk keluaran Korea ini ke dia. *eaa jealous lau Nad?

Setelah barangnya datang dan ku unboxing, aku sama sekali ga ada bad feeling apa-apa. Pokoknya hal aneh baru terjadi ketika Mas Andra lagi cuci muka terus ngeluh kalo sabunnya licin dan gak berbusa. Hmm kinda sus nih. Terus akhirnya kita baca tulisan ditubenya dan ternyata tube yang lama tulisannya cleansing foam, sedangkan yang kubeli tulisannya cleansing cream. Hhhh kesyeeeel salah beli.

Tapi walaupun salah beli, kita tetep pake The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Cream Acerola and Blueberry kok, soalnya di rumah cuma ada micellar water buat bersiin kotoran di wajah, yaa itung-itung biar bisa direview juga.

Packaging

The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Cream Acerola and Blueberry dikemas dalam tube plastik berwarna putih dengan tutup fliptop berwarna putih juga. Designnya simple dan gak norak sih, cuman ada gambar buah yang nunjukin variannya. Dari segi bentuk persis kayak tube facial foamnya, bedanya si facial foam tutupnya warna hijau tua (new packaging, dulu mah sama sama putih juga). Walaupun dari segi tutup lumayan aman, tapi dengan isi 170 ml ini lumayan gede dan kurang praktis untuk dibawa traveling.

Description

Mengutip dari official website mereka, The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Cream Acerola and Blueberry ini adalah oil-based cream cleanser yang cocok untuk kamu dengan kulit kering, atau sebagai first cleanser untuk mengangkat makeup dan sisa sunscreen. Cleansing cream ini mengandung bahan-bahan herbal dan ekstrak buah yang menutrisi kulit. Kandungan Acerola & Blueberrynya dapat membantu mencerahkan sambil membersihkan kulit kamu tanpa efek kering.

Berhubung kulitku normal cederung kering dan nggak acne prone, aku cukup cocok pakai cream cleanser ini. Sebenernya claim produknya sih for all skin types, tapi kalau misal kalian kulitnya acne prone aku saranin untuk lebih hati-hati aja soalnya cleanser jenis oil-based gini cenderung mudah menyumbat pori-pori kulit, takutnya malah break out.

Ingredients

Mineral Oil, Water, Cetyl Ethylhexanoate, Glycerine, Cetearyl Alcohol, Octyldodecanol, Glyceryl Stearate, PEG-100 Stearate, Polysorbate 60 Sorbitan Stearate, Caprylyl Glycol Dimethicone, Lilium Candidum Flower Extract, Aspalathus Linearis Extract, Salvia Officinalis (Sage) Leaf Extract, Borago OFficinalis Extrac Centaurea Cyanus Flower Extract, Anthemis Nobilis Flower Extract, Malphighia Punicifolia (Acerola) Fruit Extract, Vaccinium Angustifolium (Blueberry) Fruit Extract, Euterpe Oleracea Fruit Extract, Phylanthus Emblica Fruit Extract, Potassium Cocoyl Glycinate, Carbomer, Tromethamine, Trisodium EDTA, Butylene Glycol, Eclipta Prostrata Extract, Moringa Oleifera Seed Oil, Melia Azaorachta Leaf Extract, Parfum/Fragrance.

Untuk kalian yang kulitnya super sensitive, kalian coba check dulu ya apakah ada ingredients diatas yang sekiranya bisa jadi potential irritant bagi kulit kalian, kayak fragrance misalnya. Kulitku sih soalnya kulit badak, jadi so far dipakein apa aja masih aman.

How to use

Hal lain yang bikin aku ngeh kalo salah beli produk adalah cara pemakaian cleanser yang ada di belakang kemasan: dispense a sufficient amount and apply evenly over entire face. Massage until makeup dissolves and wipe with a tissue. Finish with foaming cleanser. Ini mah kayak bersihin muka viva milk cleanser, sih.

Tapi aku cukup menikmati proses membersihkan wajah pake cream cleanser ini, soalnya enak aja gitu mijet-mijet muka sambil ngerasain creamnya melt dimuka. Udah gitu dia gak sticky sama sekali dan gak ada wangi yang mengganggu, ya secara kandungan fragrancenya emang paling sedikit sih. Pas abis dibersihin pakai tissue pun langsung ga ada sensasi lengket, malah kayak abis pake moisturizer aja rasanya.

Conclusion

Setelah hampir satu bulan pemakaian (walaupun ga tiap hari pakai sih, hehehe) aku ga ngerasain ada efek negative apa-apa. Dia cukup oke buat bersiin muka kalau misal aku abis pakai makeup, soalnya kadang aku pakein micellar water lagi tuh kapasnya tetep bersih gitu. Tapi aku belum pernah nyobain gosok-gosok sisa mascara dan eyeliner pakai ini ya, lebih baik pakai yang khusus eye makeup remover aja. Tapi so far sih dia wanginya gak menyengat dihidung dan gak bikin mata pedes, jadi moment mijat-mijat mukanya bisa lebih lama dan lebih maksimal buat ngangkat kotoran dimuka.

Cleansing cream/oil-based cleanser emang biasanya relatif lebih mahal daripada micellar water/water-based cleanser. The Face Shop Herb Day 365 Master Blending Cleansing Cream Acerola and Blueberry dengan isi 170 ml harganya adalah Rp 110.000 (di ecommerce bisa lebih murah around 80-90ribu-an), sebenernya lumayan affordable ya karena abisnya bakal lumayan lama, kecuali kamu tiap hari makeup an tebel yang butuh berkali kali bersiin muka.

So, will I repurchase this product? Hmm maybe no. Sebenernya ini produknya enak beneran sih, but I think I’ll find a more affordable product on the market. Emak emak harus mulai berhemat cuy. Tapi aku tetep kasih dia rating ⭐⭐⭐⭐☆/⭐⭐⭐⭐⭐ for its cleansing ability, cause like what I’ve said, it’s just that good.

Segitu dulu ya review kali ini. Sampai ketemu direview selanjutnya ❤

Advertisement
journaling, Life

My Journaling Activity in 2021

Haiiii! Kalau misal kalian follow Instagramku, kalian mungkin sering liat aku upload content seputar journaling; baik di story atau pun feeds. Pertama kali aku upload journalku tuh kayaknya awal 2017 deh, jaman masih pakai DIY notebook ala Midori gitu. Tahun 2018 sampai 2019 aku sempet on-off journaling karena mager sampai akhirnya beneran aktif lagi dengan cukup konsisten di pertengahan 2020 sampai sekarang.

Kali ini aku mau update lagi seputar journaling activity ku di tahun 2021 sekalian nunjukin beberapa printilan journaling yang aku pakai, dan juga sedikit cerita soal kelas, webinar, ataupun workshop journaling yang pernah aku ikutin. Loh ada webinar dan classnya? Ada dong! Kayaknya dimasa pandemi gini banyak banget gaksih online class dan webinar yang menarik bermunculan? Btw kalo ada yang punya info kelas menarik boleh banget share di comment section, siapa tau ada yang butuh.

Mungkin sebagian ada yang masih bertanya-tanya, journaling itu apaansih? Journaling itu pada dasarnya mirip mirip sama nulis diary. It’s an activity where you can pour your thoughts, feelings, emotions, whatnots into a writing in the hope that you can understand and process them better. Dan sama halnya kayak diary, journaling pun bisa dilakuin bebas kapan aja sesuka kamu. Mau diisi setiap hari, seminggu sekali, sebulan sekali juga gapapa. Intinya: bebas!

Aku pribadi ngisi journalku sesuai kebutuhanku, jadi isi tiap bulannya bisa beda konsepnya. Tiap akhir bulan aku selalu bikin monthly spread untuk diisi sama kegiatan bulan berikutnya. Punyaku sih isinya so far cuma jadwal webinar seputar kehamilan dan journaling, jadwal check up ke dokter atau puskesmas, yoga class, atau apa aja yang menurutku penting untuk diingat. Isinya juga cuma singkat aja, ga ada penjelasan yang detail karena emang spacenya juga terbatas. Biasanya cuma aku tulis “Webinar prenatal yoga 4pm via zoom with Gaia“. Kurang lebih kayak gini monthly speadku untuk bulan September, 1 halaman full untuk cover pagenya, dan halaman sebelahnya untuk tabel tanggalnya.

Selain monthly spread, kadang aku juga bikin weekly spread kalo aku lagi ngerasa minggu itu banyak yang harus aku notes, atau kalau misal aku lagi pengen tau gimana keadaan hatiku dengan nulis rutin tiap malam, even though itu cuma 1 sampai 3 kalimat pendek. Karena ini dibuat sesuai kebutuhanku, jadi dalam sebulan aku ga selalu bikin weekly spread tiap minggu, kadang cuma minggu pertama, kedua, pokoknya pretty much up to me. Bagiku ga ada keharusan untuk selalu nulis kalau emang dirasa lagi ga ada yang perlu ditulis.

Taun 2020 aku selalu bikin weekly spread tiap minggu, dan pada saat aku skip gak bikin template untuk 1 minggu, rasanya kek dah gagal gitu dalam journaling. Terus endingnya aku malah jadi berhenti journaling karena ngerasa “yah kelewat seminggu, dah gak oke nih journalku”. Hayoo siapa yang kayak gini juga? Padahal mah ya gapapa kali skip nulis seminggu, toh ga ada yang bakal nilai journal kita isinya kayak gimana. Dan alasan ini juga sih yang bikin banyak orang ragu untuk mulai journaling: takut gak bisa konsisten nulis, atau takut bosen ditengah jalan. Tapi ya gapapa sih, wajar, I’ve been through that phase as well, even a few times.

Terus apa yang aku lakukan? Jadi, setelah aku suka ikut journaling class atau webinar journaling dan dapet insight baru, I changed my journaling style. Yang awalnya pakai template yang harus diisi tiap hari dalam seminggu berubah jadi journal suka-suka. Even sisi virgoku yang ribet, banyak mikir, dan a little too perfectionist mulai bisa menerima kalau my journal is my very personal space dimana aku bisa bebas nulis apa aja dan kapan aja, tanpa harus mikirin sisi estetiknya, in fact it can be ugly too. Kadang aku nulis cerita setengah halaman, dan setengah halamannya aku isi dengan hiasan. Kadang aku isi dengan journaling challenge yang aku dapet dari grup komunitas journaling di telegram. Btw ngehias journal tuh bisa jadi cara untuk self-healing dan untuk mengasah kreatifitas juga. Well, even though my journal is not that pretty, I still like it ❤

Speaking of journaling class, pertama kali aku ikut tuh sekitar bulan Maret 2021. Waktu itu, salah satu temen Instagramku ngadain online workshop dan kebetulan materinya adalah Intentional Journaling yang diisi oleh kak Maya (@Lulana__) owner dari Soleluna Shop. Selain dapet materi, kita dapet journaling kit yang gemes untuk dipake pas sesi journaling bareng. Oiya buat yang penasaran, nama akun IG online workshopnya adalah @tumuci_, kalian bisa check langsung karena workshopnya macem-macem, gak cuma journaling doang. Dan untuk kak Maya, dia juga suka ngadain journaling class dan journaling session baik yang gratis ataupun berbayar. Aku juga join Community Lulana Life punya kak Maya di telegram, biar nambah temen untuk share seputar per-journaling-an juga. Ini lumayan banget untuk nambah motivasi dalam journaling.

Selain join komunitas journaling, hal yang bikin semangat dalam journaling adalah printilan yang gemes a.k.a colorful brushpens, cute stickers, washitapes, various kind of papers etc. Benda-benda ini yang biasanya aku pakai untuk ngehias journalku. Aku biasanya beli di shopee, random aja sih beli di store manapun yang penting ongkirnya gak mehong atau free ongkir. Kalian bisa juga check shopeenya Soleluna Studio karena kak Maya juga jual notebook, sticker lucu, healing tea, dll. Aku sih penasaran banget sama notebooknya soalnya kertasnya tuh HVS 160 gsm, lebih tebel dari notebook pada umumnya.

Gemees kan yaaa printilannya? Tapiii, perlu kalian notes bahwa benda-benda ini adalah penunjang journaling yang seharusnya membantu kamu dalam ngehias journalmu, bukannya malah ngeribetin dan bikin kamu ngerasa terbebani untuk ngehias journal in certain way dengan benda tersebut. Banyak kok yang journalnya polosan, cuma ditempel sticker kecil kecil, atau cuma pake brushpen untuk hand lettering atau gambar hiasan. Carilah journaling style yang bikin kamu nyaman. Sok iye banget gak sih advicenya? Hahaha padahal mah dulu aku juga kayak gini, ribet ama hiasan terus jadi mager nulis, atau kalau pas hiasannya jelek jadi ilang moodnya. Sekarang sih alhamdulillah dah gak gitu sejak menerapkan mindset our journal can be ugly.

Btw sekarang aku pakai 2 notebook; 1 untuk journaling biasa, dan 1 lagi pregnancy journal specially dedicated to mochi (panggilan kesayangan untuk janin di dalam perutku hihihi) untuk nulis hal yang terjadi di masa kehamilanku. Notebook yang ku pakai dua duanya A5 dan dotted ya, soalnya aku kurang suka yang ruled ataupun polos. Notebook yang hitam merknya bukuqu dan jenis kertasnya HVS 100 gsm jadi enak kalo ditempel sticker, sedangkan yang coklat dari leonpaperworks dengan kertas bookpaper 72 gsm, jadi kurang tebel untuk ditempel sticker apalagi kalau nempelnya pakai lem, tapi overall masih enak kok untuk nulis.

Yang hitam untuk journal hiasa, yang coklat untuk mochi

Buat temen-temen yang mau mulai journaling, especially yang udah nyiapin buku dan printilannya, semoga kalian bisa segera mulai ya. Mungkin kalian bisa coba pakai journaling prompts sebagai pancingan tulisan kalian. Coba deh check pinterest juga, banyak banget insponya. Kalian juga bisa ceritain kegiatan atau perasaan kalian dihari itu selayaknya diary kalian jaman SD dulu, well that’s pretty much what I’ve been doing up until now. Malah kadang aku cuma nulis quote bagus yang ku temuin di Instagram, as a reminder aja gitu.

Semoga tulisanku kali ini cukup membantu temen-temen yang penasaran akan journaling, ya. Atau kalau ada yang suka journaling juga, boleh banget share pengalamannya di comment section, siapa tau menambah insight untukku dan yang lainnya. I would always love to learn anything from anyone!

See you on the next post 💕